Dalam rangka peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 69 Kabupaten Blora, Rabu 20 Agustus 2014 lalu Bappeda Blora turut berpartisipasi mengikuti pawai dengan mengangkat tema "Pelestarian budaya tradisional berdampak pada nilai sosial, ekonomi dan budaya". Melalui kegiatan ini, Kepala Bappeda Samgautama Karnajaya mengajak kepada semua elemen masyarakat untuk melestarikan budaya lokal yang ada di Blora. Sebagai bangsa yang merdeka, masyarakat Blora harus memantapkan jiwa nasionalisme dan mengisi kemerdekaan dengan suka cita. Kemerdekaan yang diproklamirkan oleh
pendahulu kita melalui perjuangan panjang, menghabiskaan daya dan upaya yang
tak ternilai harganya. Karena itu kita isi kemerdekaan dengan membangun
negeri sesuai dengan cara dan kemampuan kita masing-masing.
Mengisi kemerdekaan dalam konteks budaya adalah dengan melestarikan
kebudayaan, mengenalkan kebudayaan itu kepada generasi penerus agar tidak lekang
karena panas, tidak lapuk karena hujan, tidak hilang dari peredaran dan
tenggelam dalam budaya asing. Blora mempunyai budaya yang harus dilestarikan.
Bappeda Kabupaten Blora mengingatkan kepada masyarakat Blora agar
memperhatikan Budaya Tradisional berupa Seni Tayub, sebagai bentuk
penghargaan kita kepada pendahulu yang mempunyai daya cipta, karya dan karsa
berupa seni budaya yang mampu mengangkat seni dan pariwista Kabupaten Blora.
Selain Seni Tayub di Blora juga ada kelompok budaya Samin Surosentikko, yaitu salah satu peninggalan kebudayaan
yang pernah berkembang di Kabupaten Blora. Tokoh Samin Surosentiko lahir pada tahun 1859, di Desa Ploso
Kedhiren, Randublatung Kabupaten Blora. Ayahnya bernama Raden Surowijaya atau
lebih dikenal dengan Samin Sepuh. Nama Samin Surosentiko yang asli adalah Raden
Kohar. Nama ini kemudian dirubah menjadi Samin, yaitu sebuah nama yang bernafas
kerakyatan.
Samin Surosentiko berkembang di daerah Klopoduwur, Blora pada tahun 1890. Karena penduduk di desa
sekitar tertarik dengan ajarannya, sehingga dalam waktu singkat sudah
banyak masyarakat yang menjadi pengikutnya.
Mereka menentang kebijakan penjajah dengan
caranya sendiri. Samin Surosentiko tidak mau membayar pajak yang telah
ditentukan oleh penjajah dengan dalih kepemilikan. Samin Surosentiko yang waktu
kecilnya bernama Raden Kohar, adalah seorang Pangeran atau Bangsawan yang
menyamar dikalangan rakyat pedesaan. Dia ingin menghimpun kekuatan rakyat untuk
melawan Pemerintah Kolonial Belanda dengan cara lain. (A. Mahbub Djunaidi)
No comments:
Post a Comment