Baru-baru ini Bappeda Blora bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik menyelenggarakan ekspose Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kegiatan ini diikuti oleh 50 kepala dinas/instansi se-Kabupaten Blora. Kegiatan ekspose yang diselenggarakan di Gedung Pertemuan Bappeda Blora pada tgl. 21 September 2011 itu dipimpin oleh Kepala Bidang Litbangsta Bappeda Blora, Rini Setyowati, SE. Dalam pengantarnya, Rini mengatakan bahwa diselelenggarakannya Ekspos PDRB Kabupaten Blora tahun 2010 dikandung maksud untuk mencari masukan dan koreksi Draf PDRB yang akan diterbitkan oleh Bappeda bekerjasama dengan BPS Kabupaten Blora. Selain itu juga sebagai sarana untuk mempublikasikan kepada pimpinan SKPD (dimungkinkan membutuhkan data perkembangan perekonomian Kabupaten Blora Tahun 2010), bahwa Draf PDRB telah tersusun.
Kepala Bappeda Ir. Sam Gautamakarnajaya, MT dalam pemaparannya mengatakan bahwa PDRB Kabupaten Blora tahun 2010 merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Blora. Dengan demikian keberadaannya sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan. Penyusunan PDRB terbagi menjadi 9 (sembilan) sektor, masing-masing dihitung melalui pendekatan produksi, pendapatan dan keuangan. Kontribusi sektor pertanian dinilai positif tetapi juga mempunyai nilai negatif. Dinilai positif karena sektor pertanian mampu mendongkrak PDRB mencapai 5,08%. Sementara itu dampak kenaikan sektor tersebut tidak membawa dampak yang signifikan dengan kesejahteraan petani. Hal tersebut perlu dikaji lebih jauh faktor penyebabnya. Secara makro, pendapat perkapita di Blora dapat dikatakan rendah, yakni 5,9 juta. Bila dibandingkan dengan Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah mencapai 6,25%, maka Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blora masih berada dibawahnya, karena baru mencapai 5,04%. Laju pertumbuhan Kabupaten Blora dibawah provinsi karena masyarakat kita tergantung pada pertanian. Kabupaten Blora menduduki ranking 32 dari PDRB provinsi. Harapan kita, pada tahun 2011 nanti pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Blora menjadi 5,1%. Hal tersebut menjadi salah penyebab Pendapatan Perkapita di Blora rendah, yakni Rp. 500.000,- (dibawah UMR yang telah ditentukan, yaitu sebesar Rp. 816.200,- sedangkan UMR Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 961.223. Kepala BPS Blora Fenny Susanto, SSi dalam paparannya mengatakan bahwa keterlambatan ekspose PDRB disebabkan karena adanya sensus sapi potong dan sapi perah tahun 2011. Seluruh kegiatan ekonomi di Kabupaten Blora sudah termuat dalam PDRB. Dalam Perhitungan PDRB Perkapita, BPS telah menggunakan jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk tahun 2010. Hanya saja dalam penghitungan laju pertumbuhan ekonomi masih menggunakan tahun dasar 2000, sehingga laju pertumbuhan ekonomi menjadi besar. Suparna Kasi Statistik Neraca Wilayah dan Analisis Statistik pada BPS Kabupaten Blora dalam menyampaikan ekspose PDRB Kabupaten Blora Tahun 2010 mejelaskan bahwa PDRB digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan program pembangunan dalam bidang perekonomian. Berdasarkan fakta yang ada, kinerja perekonomian di Kabupaten Blora dapat dikatakan Dalam pertumbuhan sektoral, kontribusi sektor pertanian sangat besar. Disusul sektor Listrik,Gas dan Air Bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan dan sektor perdagangan dan sektor angkutan dan komunikasi. Laju pertumbuhan ekonomi kecamatan masih perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dari 16 kecamatan yang ada, baru Kecamatan Cepu dan Blora.
No comments:
Post a Comment